Monday, March 16, 2015

Bahan PA Rayon 3



Bahan PA Rayon 3
KEKUATIRAN, KETERBATASAN  DAN HARAPAN MASA DEPAN
(PENELAAN ALKITAB)
Matius, 6 : 19-34
By Asa Lahtang

Dunia ini penuh dengan ketidakpastian. Ketidak pastian akan apa yang akan terjadi pada hari esok merupakan penyebab adanya kekuatiran manusia terhadap dirinya, keluarganya dan masa depannya. Resesi ekonomi dan himpitan hidup yang dialami oleh setiap orang karena keterbatasan sumber daya membuat orang ragu akan dirinya dan masa depannya.
Banyak orang bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan bahkan mengumpulkan harta dan berbagai aset pribadi untuk masa depan dan anak cucu mereka. Berbagai perencanaan dan akativitas bisnis dilakukan, bahkan sampai ada yang melakukan dengan menghalalkan cara hanya untuk dapat menambahkan harta dan kekeyaan pribadi untuk kepentingan hari ini dan hari  esok,  dan ternyata semuanya ini dipicu oleh “KEKUATIRAN, KETERBATASAN  DAN HARAPAN HIDUP”
Kekuatiran hidup bukan hanya terjadi saat ini saja,  tetapi sebenarnya sudah pada masa lampau hingga sekarang; oleh karena itu Tuhan Yesus telah mengamanatkan pada kita dalam Matius 6 : 19-34, agar kita sebagai orang percaya dalam menghadapi kekuatiran hidup, harus selalu berpegang pada perintah Tuhan.
Beberapa pertanyaan yang akan kita diskusi secara bersama-sama untuk memahami isi pesan Tuhan Yesus dalam Matius 6 : 19-34, bekenaan dengan topic bahasan kita saat ini.

1.     Bolehkah  orang Kristen kuatir akan ketidak pastian  hidup manusia ?  Apa alasannyanya?
2.     Dengan adanya ketidak pastian akan apa yang terjadi pada hari esok, bolehkah orang Kristen membuat perencanaan hidup, mengumpulkan harta / aset (saving), melakukan aktivitas bisnis dan aktivitas lainnya untuk kepentingan hari esok? (Bandingkan dengan 6 : 19-21 dan 24 dengan ayat 34)
3.     Bagaimana pendapat anda tentang pandangan Alkitab mengenai harapan hari esok yang digambarkan dalam  ayat  25-31
4.     Apa makna dari kalimat dalam Matius 6 : 32 “SEMUA ITU DICARI BANGSA-BANGSA YANG TIDAK MENGENAL ALLAH” dan  “AKAN TETAPI BAPAMU YANG DI SORGA TAHU, BAHWA KAMU MEMERLUKAN SEMUANYA ITU” jika disinkronkan dengan topik bahasan kita saat ini?
5.     Bagaimana anda memaknai setiap kata yang dicetak huruf besar: “Tetapi CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH dan KEBENARANNYA, maka SEMUANYA itu akan DITAMBAHKAN kepadamu”. (ayat 33)
6.     Berikan kesimpulan bagaimana cara orang Kristen mengatasi kekuatiran dan keterbatasan serta memiliki harapan hidup untuk masa yang akan datang?

Selamat berdiskusi, Tuhan Yesus memberkati.


“HUKUM TUHAN KADANG BERLAWANAN DENGAN HUKUM REALITA, TETAPI KEBENARAN HUKUM TUHAN ITU MUTLAK ADANYA JIKA KITA MELAKUKAN DAN MENGIMANINYA”





Wednesday, March 11, 2015

Kebaktian Umum Minggu 15 Maret 2015, Jemaat GKII Eklesia Sikumana jam 8 pagi
  1. Pengkhotbah              : Pdt. Simon Ndapatamu, S.Th
  2. Pemimpin Ibadah       : Ibu. Mediatun Lahtang
  3. Kolektan                   : Rayon 2
  4. Penyambut Jemaat     : Rayon 2
  5. Musik                        ; Keyb : Ime, Drum : Nick, Gitar : Anti, Bass : Jeki
  6. Singers                      : Sdri. Shinta Lakaal & Sdri Shinta Tuka

Kebaktian Umum POS Ebenheazer Liliba, Minggu 15 Maret 2015, jam 8 pagi
  1. Pengkhotbah            : Ev. Alviana Fanlaka, A.Md.Th
  2. Pemimpin Ibadah     : Sdri. Frida Maata
  3. Pendoa Syafaat       : Bk. Hajai Lauled

Latihan untuk para pelayan ibadah minggu diadakan setiap hari kamis & jumat jam 7 malam, makasih



Thursday, February 12, 2015



Kebaktian Umum, Minggu 15 Februari 2015, Jam 8 pagi

Pengkhotbah : Ev. Apriliatus Lasikodat, S.Th
Pemimpin Ibadah : Sdri Megawati Penjaha
Kolektan : Rayon I
Penyambut Jemaat : Rayon I
Musik : Keyboard : Nick LA, Drum : Gkii Bassist Yoan, Gitar : Lani
Singers : Sdri. Amelia Atalani, Sdri. Shinta Lakaal 

Kebaktian Umum Pos PI Ebenheazer Liliba :

Pengkhotbah : Pdt. Jurmawati Duha, S.Th, S.Pd
Pemimpin Ibadah : Fredy Fanlaka
Pendoa Syafaat : Bpk. Asa M. Lahtang, M.Pd

Latihan untuk para pelayan ibadah Minggu diadakan pada hari jumat & sabtu jam 7 malam di gereja

Pengumuman :
Sehabis ibadah ada Rapat Evaluasi Pelayanan Seksi dan Unit Pelayanan, untuk itu maka dihimbau kepada seluruh BPJ & Tim Pelayan untuk dapat menyiapkan materi evaluasinya masing- masing, Terima kasih

Sunday, February 8, 2015


TELADAN KEPEMIMPINAN VISIONER TUHAN YESUS;
Jawaban Terhadap Krisis Kepemimpinan dalam Tubuh Gereja 
Topik tentang kepemimpinan sangat menarik untuk diperbincangkan. Menarik untuk diperbincangkan karena tindakan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain merupakan bagian dari kepemimpinan itu sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang tanpa sadar atau dengan sadar ketika membangun relasi dengan orang lain selalu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan.
Dewasa ini banyak orang memperbin-cangkan topik tentang kepemimpinan dan animonya sangat tinggi. Salah satu buktinya adalah di toko buku banyak beredar buku Kepemimpinan dan laris terjual. Namun, jauh sebelum orang-orang ramai membicarakannya, Tuhan Yesus telah lebih dahulu menginspirasikannya dalam Injil. Di bawah ini saya menguraikan sebuah visi yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus dan secara persuasif mengajak murid-murid untuk melakukannya. Ini terungkap dalam Injil Matius 28:19-20 untuk memahami Kepemimpinan Visioner demi memperlengkapi seorang pemimpin Kristen mengelola pelayanan lebih maksimal.
Pengertian Kepemimpinan Visioner
Samuel Tirtamiharja menyatakan sebagai berikut:
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk membujuk atau memberi contoh dimana seorang pribadi (pemimpin tim) termasuk sebuah grup mengejar tujuan yang dipegang oleh seorang pemimpin atau dibagikan antara pemimpin.[1]
Hal ini menjelaskan bahwa kepemimpinan bukanlah suatu kedudukan atau posisi melainkan sebuah tanggung jawab yang harus diemban. Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah bertanggung jawab untuk membujuk orang lain melalui teladannya demi pencapaian sebuah tujuan. Dengan kata lain Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan sebuah organisasi atau lembaga yang sedang dipimpinnya.
Sedangkan kata Visioner berasal dari kata Visi yang dalam KBBI artinya “Pandangan atau wawasan ke depan atau kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak nampak melalui ketajaman penglihatan”.[2] Dengan kata lain visi adalah kemampuan melihat lebih dari keadaan normal atau bisa juga dikatakan bahwa visi adalah kemampuan imajinasi seseorang untuk melihat serta memahami sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Yakob Tomatala dalam bukunya Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner mengartikan visi sebagai berikut:
Visi adalah kemampuan untuk melihat keinginan suci yang ditulis oleh Sang Pencipta di dalam batin (guna menjawab kebutuhan) yang berkaitan erat dengan pemenuhan hidup seseorang atau setiap individu bagi diri maupun organisasi yang dipimpinnya.[3]
Apa yang dinyatakan di atas menunjukkan bahwa Allah sebagai sumber dan pemberi visi yang dilakukan dengan menuliskannya di dalam batin seseorang.[4] Seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinan diharapkan memiliki kemampuan lebih untuk menggerakkan organisasi atau lembaga yang sedang dipimpinnya. Kemampuan lebih yang dimaksud diperolehnya dari Allah yang memberikan inspirasi untuk menggerakkan organisasi atau lembaga tersebut sesuai kehendak Allah.
Dari dua pengertian yang sudah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Visioner adalah kemampuan khusus yang diberikan oleh Allah di dalam batinnya seorang pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga yang dipimpinnya guna menjawab kebutuhan yang berkaitan erat dengan dirinya maupun organisasi atau lembaga yang dipimpinnya. Dengan kata lain Kepemimpinan Visioner adalah paradigma kepemimpinan yang bertolak dari ketergantungan pemimpin menjalankan tugas kepemimpinan kepada Allah yang mempunyai kepentingan pelayanan di muka bumi ini. Seorang pemimpin selalu peka terhadap otoritas kepemimpinan Allah dalam hidupnya dan menjalankan kepemimpinan sesuai dengan apa yang telah diinspirasikan oleh Allah kepadanya.
Pengaruh Sebuah Visi bagi Kelangsungan Kepemimpinan
Bill Newman mengatakan bahwa “Visi adalah seperti api unggun di perkemahan, dimana orang-orang akan berkumpul mengelilinginya, karena di sana ada cahaya, energi, kehangatan dan kebersamaan”.[5] Seorang pemimpin yang memiliki visi seperti yang telah digambarkan terlebih dahulu memiliki pengaruh seperti magnet yang menarik perhatian orang yang sedang dipimpinnya. Dengan kata lain tanpa visi, fungsi kepemimpinan akan terhambat. Karena itu, Tomatala mempertegasnya dengan mengatakan bahwa “Visi dapat dibagi, sehingga menjadi milik semua orang. Visi dapat dihayati oleh semua orang, dan visi juga dapat memberi manfaat bagi banyak orang.”[6] Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Kepemimpinan Visioner menggerakkan orang kepada sebuah fokus yang tajam demi peningkatan kualitas pelayanan dari sebuah organisasi atau lembaga.
Kajian Biblikal Terhadap Matius 28:18-20 dalam Prespetif Kepemiminan Visioner
Kajian biblikal yang dimaksudkan dalam bagian ini hanyalah sebuah kajian yang mengarah kepada topik yang sedang dibahas sebagai berikut:
1.      Analisis Teks dan Konteks
Yang dimaksudkan dengan konteks menurut Yakob Tomatala adalah “Suatu kesatuan atau kumpulan kalimat di mana di dalamnya terdapat teks”.[7] Pengertian ini menunjukkan bahwa setiap teks dapat dimengerti kalau tidak dipisahkan dengan konteksnya. Tomatala memperjelas dengan menyatakan bahwa “Penggunaan istilah konteks juga menjelaskan tentang sejarah suatu situasi”.[8] Dengan demikian untuk pemahaman yang lebih jelas penggunaan istilah konteks haruslah ditempatkan pada arti yang tepat untuk menjelaskan sesuatu secara tepat.
Matius 28:18-20 memiliki hubungan yang erat dengan ayat 16 dan 17 dalam perikop “Perintah untuk Memberitakan Injil”. Peristiwa ini terjadi di sebuah bukit dekat Betania (Matius 28:16; Lukas 24:50) setelah 40 hari kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian. Teks ini juga merupakan bagian terakhir Injil Matius yang secara keseluruhan ditulis kepada masyarakat Yahudi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias (Raja yang diurapi) yang datang untuk menggenapi Kitab Taurat dan nubuat para Nabi. Maksud kedatangan Tuhan Yesus dicatat oleh Matius dalam Matius 4:23-26 yaitu memberitakan Injil Kerajaan Allah. Sepanjang pelayanan-Nya di bumi Ia menunjukkan konsistenan-Nya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Dalam Matius 28:18-20, Tuhan Yesus menyampaikan pesan kepada murid-murid-Nya untuk melanjutkan tugas pemberitaan Injil tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang pemimpin yang dalam menjalankan kepemimpinan-Nya, Ia mempunyai visi yang jelas. Visi ini yang mengarahkan-Nya dalam pelayanan secara konsisten bahkan Ia membagikan visi ini kepada murid-murid-Nya untuk melanjutkan setelah kepergian-Nya.
Catatan Lukas dalam Kitab Kisah Para Rasul 1:3 “Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia menunjukkan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” Hal ini menunjukan bahwa Tuhan Yesus menganggap penting Injil disebarluaskan. Lukas mengulangi catatan tersebut dalam Kisah Para Rasul 1:8.
2.      Analisis Sastra
Dalam bagian ini perhatian ditujukan secara khusus kepada pernyataan Tuhan Yesus dalam Matius 28:18-20 “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ada beberapa kata yang dipaparkan yaitu:
3.      Kuasa
Yesus memulainya dengan memproklamasikan diri-Nya sebagai pemegang kekuasaan baik di sorga maupun di bumi. Tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi dari kekuasaan yang dimiliki Tuhan Yesus. Hal ini juga menunjukkan bahwa kekuasaan atau otoritas yang dimiliki Tuhan Yesus memberikan wewenang untuk menjalankan sebuah Visi yaitu visi Pemberitaan Injil.
a.       Jadikanlah Semua Bangsa Murid-Ku
Budi Asali menulis sebuah artikel dalam situs Internet untuk menjelaskan Matius 28:19-20 sebagai berikut:
Dalam bahasa Yunaninya, ‘jadikan murid’ adalah satu-satunya kata perintah dalam bagian ini. Sedangkan kata-kata ‘pergilah’, ‘baptislah’, dan ‘ajarlah’ merupakan participles (kalau diterje­mahkan ke bahasa Inggris menjadi ‘kata kerja + ing’, yaitu: going, baptizing, teaching).[9]
Ini menunjukkan bahwa penekanan utama dari bagian ini adalah ‘menjadikan murid Yesus’. Sedangkan ‘pergi’, ‘membaptis’ dan ‘mengajar’ adalah hal-hal yang harus dilakukan untuk bisa menjadikan murid.
b.      Pergilah
Kata pergilah merupakan kata perintah yang secara imlisit menuntut ketaatan seseorang kepada yang sedang memberikan perintah. Salah satu tugas seorang Pemimpin adalah memberikan instruksi kepada orang yang sedang dipimpinnya. Kata pergi juga menunjukkan bahwa seseorang tidak hanya menunggu sampai orang akan datang. Kata pergi merupakan perintah untuk beranjak dari tempat menuju kepada sebuah objek atau tindakan seseorang untuk mencari.
c.       Baptislah
Yakob Tomatala menjelaskan kata baptis sebagai “Proses menggerejakan orang yang baru percaya ke dalam jemaat, dengan tindakan inisiasi pembaptisan sebagai kesaksian kepada dunia tentang keselamatan … yang telah dialami oleh orang percaya dimaksud”.[10] Apa yang telah dinyatakan oleh Tomatala dalam kutipan di atas menunjukkan bahwa untuk menggabungkan orang ke dalam persekutuan dilakukan melalui baptisan. Salah satu aspek dari kepemimpinan adalah bisa mempengaruhi orang lain.
d.      Ajarlah
Kata ini merupakan kata perintah untuk mentransfer sesuatu yang berasal dari pikiran kepada orang dengan suatu tujuan tertentu. Dalam Matius 28:18-20, kata ini merupakan kata perintah pasif. Sekalipun demikian kata ini memiliki peranan yang besar untuk menggerakan murid-murid Yesus untuk mengerjakan perintah memberitakan Injil.
e.       Menyertai kamu senantiasa
Pernyataan Tuhan  Yesus dalam Matius 28:18-20 merupakan pernyataan seorang pemimpin yang sebagai mentor untuk bertanggung jawab kepada mereka yang sedang dipimpin untuk efektifnya sebuah kegiatan.
Implementasi Kepemimpinan Visioner dalam  Sebuah Lembaga Kristen 
Cakupan kepemimpinan dalam sebuah lembaga Kristen sangat luas berkaitan dengan berbagai aspek. Berikut adalah pemaparan kepemimpinan visoner dalam praksis pelayanan untuk memberi jawaban dalam mempersipkan orang Kristen menjalankan tanggung jawab sebagai murid Kristus yaitu antara lain:
1.      Pemimpin sebagai Misionaris
Tuhan Yesus menyatakan dalam Yohanes 20:21b “Seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”.  Pernyataan ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang Misionaris yang Misioner (Utusan yang mengutus). Pernyataan itu juga memberikan teladan bahwa Tuhan Yesus menginginkan tugas pemberitaan Injil terus dilakukan secara berkesinambungan. Karena itu, seorang Pemimpin dituntut sebagai seorang misionaris yang dalam menjalankan tugasnya mengutamakan pemberitaan Injil.
Pemimpin dalam lingkup gerejawi bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dalam gereja tersebut. Sebagai Pemimpin jemaat, seorang Pendeta mempunyai tugas untuk menggerakkan seluruh komponen dalam gereja (Pengerja, Majelis Jemaat, seluruh Jemaat) untuk menjalankan visi pemberitaan Injil disamping tugas-tugas yang lain. Young G. Chai menulis dalam bukunya Jemaat Rumah; Penggembalaan Bersama dengan Orang Awam sebagai berikut:
Semangat Penginjilan yang berkobar-kobar bukan berarti Pendeta harus menjadi orang yang mengedarkan traktat penginjilan kepada semua orang. Bukan berarti dia juga harus mendorong orang-orang supaya datang ke gereja dengan cara kunjungan ke setiap rumah. Memang hal seperti ini bisa menjadi pernyataan bahwa dia mempunyai semangat penginjilan. Tetapi bukan hanya itu saja yang merupakan semangat penginjilan.[11]
Apa yang dinyatakan Chai pada kutipan di atas menunjukkan bahwa pemimpin jemaat tidak secara langsung menangani semua kegiatan pemberitaan Injil tetapi memberikan wewenang kepada jemaat untuk menjalankannya. Chai mempertegas dengan menyatakan bahwa “Saya sendiri menggembalakan dengan tujuan menyelamatkan jiwa. Saya menekankan pentingnya penginjilan kepada jemaat secara terus menerus.”[12] Hal ini menunjukkan bahwa seorang Pemimpin disamping sebagai seorang pemberita Injil juga menggerakkan orang lain untuk melakukannya sehingga efektif dan melibatkan banyak orang dalam pelaksanaannya.
2.      Pemimpin sebagai Pengajar
Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah menuntun orang yang dipimpinnya untuk dapat mengerjakan sesuatu secara efektif. Tugas ini dapat dilakukan dengan efektif melalui pengajaran. Dengan mengajar seorang pemimpin dapat mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada mereka yang sedang dipimpin. Dengan demikian fungsi pengajaran dalam lingkup pelayanan diperhatikan oleh seorang pemimpin.
3.      Pemimpin sebagai Mentor
Dalam lingkup pelayanan, pemimpin sebagai mentor sangat dibutuhkan. Efektifnya sebuah pengajaran sangat ditentukan dari bimbingan seorang pemimpin kepada mereka yang sedang dipimpinnya. Pengaruh mentor bagi orang yang sedang dimentoring sangat kuat. Seorang pemimpin bertanggung jawab atas karakter orang yang sedang dipimpinnya karena tugas pemimpin sebagai pembimbing.
John Maxwell meyatakan bahwa “Tidak ada orang yang menjadi pemimpin hebat yang ingin melakukan segalanya sendirian atau meraih semua pujian karena telah melakukannya.”[13] Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Yakob Tomatala bahwa “Keberhasilan pemimpin dinilai dari keberhasilan orang-orang yang dipimpinnya, termasuk kemajuan, perkembangan, atau pertumbuhan mereka di bawah kepemimpinannya.”[14] Kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah dibangun di atas otoritas tetapi di bangun di atas hubungan pemimpin dan orang yang sedang dipimpin. Dengan demikian mentoring sangat efektif dalam membangun hubungan yang dimaksud.
4.      Pemimpin sebagai Multiplikator
Seorang pemimpin memiliki kemampuan lebih untuk dapat membimbing orang yang dipimpinnya dapat mengerjakan apa yang merupakan tanggung jawabnya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada orang yang sedang dipimpin untuk mengembangkan kemampuannya. Samuel H. Tirtamihardja menyatakan bahwa “Oraganisasi akan bertumbuh sesuai pertumbuhan kemampuan pemimpinnya dan tidak dapat melampaui batas kemampuan pemimpin.”[15] Hal ini menunjukkan bahwa pelipatgandaan atau multiplikasi sangat ditentukan dari kemampuan pemimpin tersebut untuk dapat mengembangkan diri dan mengembangkan orang yang sedang dipimpinnya.  Jadi, pemimpin yang bijaksana akan menolong pemimpin yang lain untuk berkembang dengan sebuah paradigma menjalankan visi yang telah dikomunikasikan dari awal.
Kiranya tulisan ini bermanfaat bagi siapa saya yang rindu untuk melayani dengan kemampuan maksimal (mengembangkan diri dan taat menjalankan apa yang telah dimandatkan kepadanya di atas pundaknya).
Salam dan doa,

Apri Laiskodat

Monday, January 19, 2015

PELAYANAN HOLISTIK; Mempersiapkan Jemaat yang Misioner



Apa itu Pelayanan Holistik?
Robert C. Anderson mendefinisikan kata ‘pelayanan’ sebagai “Seseorang yang bertanggung jawab mengelola aset dari rumah yang diaturnya agar sesuatu berjalan secara baik dan teratur”. Karena itu kita dapat katakan bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menolong orang lain dalam memenuhi kebutuhan orang tersebut. Kegiatan ‘pelayanan’ ini berorientasi pada pemenuhan kebutuhan orang lain dengan bertanggung jawab. Sedangkan kata ‘holistik’ dalam KBBI berarti berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai satu kesatuan lebih dari pada sekedar kumpulan dari bagian-bagian. Gary T. Hipp menyatakan bahwa ‘holistik’ artinya “Perpaduan antara kehidupan lahir batin yang seimbang dengan memadukan ‘kaidah kencana’ mengacu kepada pengembangan masyarakat dan Amanat Agung Yesus Kristus”. Karena itu, “Pelayanan Holistik” artinya pelayanan yang dilakukan secara utuh, yakni pemberitaan Injil yang dapat menjawab kebutuhan manusia secara jasmani dan rohani.
Berbicara tentang kebutuhan jasmani artinya hal-hal yang bersifat lahiriah atau kebutuhan dasar manusia sedangkan kebutuhan rohani adalah hal-hal yang bersifat batiniah seseorang. Kalau kita memperhatikan dengan seksama bagian-bagian Alkitab maka kita dapat menemukan bahwa Firman Tuhan menghendaki agar umat Tuhan dapat membangun hubungan yang seimbang yakni antara Allah (hubungan vertikal) dan sesama (horizontal).  Sehingga implikasi praktis dari kehidupan rohani yang baik adalah peduli terhadap sesamanya yang dapat ditunjukkan melalui tindakan kasih atau menjawab kebutuhan secara jasmaniah orang-orang yang berada di sekitar kita. Ini dapat kita ketahui melalui 10 Hukum Musa. Hukum-hukum itu dibagi dalam dua bagian yaitu hukum 1-4 mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan hukum 5-10 mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam pelayanan Tuhan Yesus kita juga menemukan bahwa Tuhan Yesus memberikan teladan kepada pengikut-Nya. Hal yang pertama yang IA lakukan adalah selalu berhubugnan dengan Bapa-Nya tetapi di sisi yang lain kehidupan Yesus sangat solider dengan orang-orang yang berada di sekitanya, salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka secara jasmani. Dengan demikian maka, ‘Pelayanan Holistik’ adalah pelayanan yang diinspirasikan oleh Alkitab dan semestinya kita melakukan pelayanan ini dengan giat sebagai tindakan ketaatan kita kepada Allah.

Apa yang Kita lakukan sebagai orang Percaya?
Ada banyak hal yang ditunjukan dalam Alkitab sebagai pedoman hidup bagi orang yang percaya kepada Yesus. Misalnya; PL mengatur tatanan hidup dengan hukum-hukum, kemudian PL juga mencatat kesaksian-kesaksian mengenai hidup umat yang diatur oleh hukum-hukum tersebut. Kita dapat melihat bahwa mereka yang taat kepada hukum-hukum itu mendapat berkat dan sebaliknya yang tidak mentaatinya mendapat ganjaran berdasarkan aturan dalam hukum-hukum tersebut. Karena itu sepatutnyalah kita sebagai orang percaya hidup menurut hukum-hukum dalam Alkitab.
Injil mencatat pelayanan Tuhan Yesus yang memberikan teladan bagi kita sebagai orang percaya (murid-murid Kristus). Untuk mengungkapkan teladan apa saja yang diberikan Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya di sini mungkin terlalu panjang tetapi saya hanya ingin menyoroti kehidupan Tuhan Yesus yang seimbang antara hubungan kepada Bapa dan solidaritas-Nya terhadap orang-orang disekitar-Nya. Kehidupan Tuhan Yesus yang demikian itu yang disebut dengan ‘Holistik’.
Dunia pelayanan dewasa ini memang membutuhkan kreatif-inovatif dari seorang pelayan. Kreatif-inovatif yang dimaksudkan bukan mengubah esensi dari pelayanan itu tetapi menawarkan sesuatu yang dikemas dalam pola yang baru. Saya sering sekali mendengar khotbah tentang persembahan. Khotbah ini disampaikan dengan harapan agar jemaat dengan sukarela menopang pelayanan dengan memberi persembahan. Secara alkitabiah, pelayanan dalam gereja merupakan tanggung jawab semua anggota jemaat termasuk mendanai pelayanan dimaksud. Seorang pelayan Tuhan yang kreatif-inovatif tidak saja menyampaikan khotbah tentang memberi atau khotbah tentang persembahan persepuluhan tetapi mencarikan solusi agar jemaat mendapat kehidupan yang layak dalam pengertian memiliki penghasilan. Jemaat yang dewasa imannya akan bertanggung jawab atas semua pelayanan dalam gereja termasuk mencari solusi agar keuangan gereja dapat mencukupi semua kegiatan pelayanan dalam gereja tersebut.  Saya mengutip satu paragraf dari MASTER PLAN PELAYANAN saya:
Sumber daya yang paling berpotensi untuk dikelola adalah jemaat, karena jemaatlah yang membantu pelayanan kita. Mereka yang membantu pelayanan berhak untuk mendapat penghidupan yang layak. Jemaat bukan dijadikan sebagai objek pelayanan tetapi juga menjadi rekan sekerja. Ada di antara jemaat yang membutuhkan pekerjaan untuk menghasilkan uang bagi kelangsungan hidupnya merupakan peluang bagi kita untuk menyediakan pekerjaan yang layak, disamping untuk kebutuhan hidupnya tetapi juga untuk menunjang pelayanan. Jemaat-jemaat yang memiliki pekerjaan tetap berkewajiban unuk menyokong pelayanan dengan penghasilannya tetapi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan bisa direkrut mengelola usaha-usaha dari gereja.”
Seorang Pelayan Tuhan tidak saja menyampaikan hal-hal yang vertikalistis (membangun hubungan dengan Allah) tetapi juga memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan jasmaniah yang dihadapi jemaat (horisontalistis). Jemaat juga tidak saja hanya dipakai sebagai alat (instrument) dalam mencukupi kebutuhan pelayanan tetapi diajak untuk mengambil bagian dalam pelayanan sesuai talenta masing-masing. Sebab, tugas pemberitaan Injil adalah tugas semua orang percaya tanpa terkecuali.

Strategi Pelayanan Holistik
Pada umumnya kalau kita berbicara soal pelayanan maka orientasi berpikir kita adalah membangun hubungan dengan Tuhan atau mengajak orang melalui Firman Tuhan untuk hidup lebih dekat kepada Tuhan. Kalau kita berbicara tentang ‘Pelayanan Holistik’ maka orientasi kita tidak saja membangun hubungan dengan Tuhan atau mengajak orang untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan tetapi orientasi berpikir juga mengarah kepada pemenuhan kebutuhan secara jasmani. Dengan demikian kita tidak saja membangun hubungan dengan Tuhan tetapi kita juga berpikir tentang kesejahteraan secara jasmani atau pemenuhan kebutuhan jasmani juga tercukupkan baik pelayan itu maupun orang yang sedang dilayani.
Pemikiran strategis untuk ‘Pelayanan Holistik’ mengarah kepada pemberdayaan ekonomi jemaat. Pemikiran ini bervariasi, terletak pada masing-masing sumber daya yang tersedia. Artinya tidak semua tempat memiliki strategi yang sama. Di bawah ini saya mengungkapkan ide strategis yang secara umum dapat mengakomodasikan jemaat menuju ekonomi mandiri yaitu:
1.       Gereja menyediakan sumber daya untuk dapat dikelola oleh jemaat sendiri. Sumber daya yang dimaksud disesuaikan dengan keadaan setempat.
2.       Gereja melatih tenaga untuk dapat mengelola sumber daya tersebut. Prioritas dari pelatihan adalah untuk penjangkauan jiwa-jiwa (menolong jiwa-jiwa dalam hubungan vertikal dengan Tuhan). Tenaga-tenaga tersebut juga trampil mengelola sumber daya yang dimiliki oleh gereja. Hal ini dimaksudkan untuk gereja memiliki dana sendiri dalam kegiatan penginjilan dan penginjilan yang dikerjakan juga menjangkau aspek rohani dan juga aspek jasmani dari jiwa-jiwa tersebut.
3.       Profit dari setiap usaha dapat dikelola oleh departemen khusus yang juga memiliki paradigma penjangkauan secara holistik. Hal ini dimaksudkan untuk regenerasi visi penjangkauan.
Sulit memang pemikiran ini dapat diterapkan dalam pelayanan dan kemungkinan juga mengalami tantangan. Ini merupakan hal yang wajar, sebab untuk memulai sesuatu yang baru apa lagi orang tidak terbiasa dengan sistem pelayanan seperti ini pastilah mengalami kendala. Tetapi tidak salah kalau mencoba. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah pemberitaan Injil membutuhkan dana dan terkadang orang tidak mau melakukannya karena kekurangan dana tersebut. Pada hal pemberitaan Injil adalah perintah yang wajib (Mat. 28:19-20, I Kor. 9:16). Dalam Injil Mat. 28:11-15, mencatat tentang keseriusan orang tertentu untuk membayar sejumlah uang dan bertindak melalui politik untuk menyebarkan berita bohong (Yesus tidak bangkit tetapi mayat-Nya dicuri oleh murid-murid). Kalau orang Kristen tidak melakukan sesuatu untuk memberitakan berita yang benar maka kita bisa pastikan bahwa dunia ini akan muncul segala berita bohong tentang fakta Injil. Karena itu, semestinya kita sebagai orang percaya harus berpikir secara serius untuk mencari berbagai terobosan agar pemberitaan Injil tidak terhambat oleh Pelayanan Holistikalasan butuh banyak biaya dan kita tidak memiliki dana yang cukup.

Kiranya tulisan ini memberikan inspirasi dalam mengembangkan pelayanan lebih baik lagi.

Salam dan doa,